Saturday, April 20, 2024
  • Ikuti Kami
  • Posko Jenggala
  • Posko_Jenggala
  • Posko Jenggala
  • Posko_Jenggala

Peduli Gorontalo

Published : 17-Januari-2015 | 01:07:38

Indonesia disentakkan oleh kabar banjir yang melanda Gorontalo pada akhir 2007. Rasa simpati bagi korban berusaha diwujudkan dalam Peduli Gorontalo.


Anak-anak kecil itu tekun mendampingi tim dokter Posko Jenggala. Selain mencatat, mereka juga menjadi penterjemah dadakan dari bahasa yang digunakan kebanyakan pasien yang datang. Soalnya, kendala bahasa terkadang membuat keder  tim dokter. Jadilah anak-anak kecil itu “dokter-dokter” kecil yang membantu di lokasi pengobatan gratis Posko Jenggala di Kecamatan Molosipat W, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, pada Minggu, 6 Januari 2008.

Hari itu merupakan hari keempat Posko Jenggala dan Medco Foundation yang tergabung dalam gerakan Medco Peduli melakukan bantuan kemanusiaan bagi korban Banjir Gorontalo. Pada pengujung 2008, Gorontalo dilanda banjir. Ratusan rumah terendam dan sekitar 500 hektar sawah dan ladang tenggelam. Menurut data posko penanggulangan banjir pada 20 Desember 2007, jumlah pengungsi telah mencapai di atas 10 ribu orang. Para pengungsi ditampung di 14 lokasi pengungsian, plus di depan rumah dinas gubernur.

Mendengar kejadian ini, Arifin Panigoro yang kelahiran Gorontalo, bersama Andi Sahrandi, Koordinator Posko Jenggala, memutuskan mengirim bantuan kemanusiaan ke Gorontalo. Dikirimlah tim advance pada 28 Desember 2007 untuk menyiapkan kebutuhan teknis adiministrasi di sana. Sekaligus menyiapkan kontak person dan jadwal pelaksanaan kegiatan. Tim juga menyiapkan kebutuhan non teknis pendukung seperti relawan lokal, pemetaan rute, akomodasi, serta transportasi. Ditambah, menyiapkan segala informasi atas kondisi sosial di Gorontalo.

Pada 2 Januari 2008, logistik untuk tim (berupa obat-obatan) tiba di Gorontalo yang dibawa dengan cargopesawat udara. Tim advance menjemput logistik yang telah tiba ini. Pada hari itu pula, logistik dan akomodasi tim telah siap semua. Kemudian pada malam harinya, Tim Posko Jenggala tiba dari Jakarta, terdiri dari 12 orang dokter, empat orang apoteker, dan empat orang  logistic supporting. Di Gorontalo, Posko Jenggala dibantu oleh relawan lokal yang terdiri dari para mahasiswa Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.

Pada hari pertama kegiatan, 3 Januari 2008, dilangsungkan di empat lokasi yang seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Bone Bolango, yaitu Lomboto’o, Libungo, Lombongo, dan Bube Baru. Daerah ini merupakan daerah perbukitan yang terkena bencana banjir. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango menjadi pendamping Posko Jenggala. Warga masyarakat sudah diberitahu sebelumnya oleh Tim Dinas Kesehatan ini bahwa ada kegiatan pengobatan gratis Posko Jenggala.

Di Desa Libungo terdapat 214 orang pasien yang dapat dilayani oleh Tim Posko Jenggala, sebanyak 40,2 persen laki-laki dan 59,8 persen perempuan. Sedangkan di Desa Bube baru sebanyak 235 pasien (32,8 persen laki-laki dan 67,2 persen perempuan), Desa Lombongo sebanyak 159 orang pasien (52,2 persen laki-laki dan 47,8 persen perempuan), dan Desa Lompoto’o sebanyak 149 orang pasien (57,7 persen laki-laki dan 42,3 persen perempuan). Berjumlah total: 778 orang pasien. Sedangkan penyakit yang dominan diderita adalah: ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas), Cephalgia, Hipertensi, Dermatitis, dan Myalgia.

Beranjak ke hari kedua,  4 Januari 2008, lokasi pengobatan Posko Jenggala masih di wilayah Bone Bolango. Lokasi kali ini mengambil tempat di Desa Bongoime, Desa Lonuo, Desa Meranti, dan Desa Talango. Di desa-desa ini, ketika banjir datang terendam banjir hingga setinggi 1 meter.

Jumlah total pasien yang dapat dilayani oleh Posko Jenggala sebanyak 862 orang pasien. Dengan perincian, di Desa Bongoime sebanyak 310 orang pasien (43,9 persen laki-laki dan 56,1 persen perempuan), Desa Lonuo sebanyak 175 orang pasien (38,3 persen laki-laki dan 61,7 persen perempuan), Desa Meranti sebanyak 140 orang pasien (41,4 persen laki-laki dan 58,6 persen perempuan), serta Desa Talago sebanyak 237 orang pasien (32,5 persen laki-laki dan 67,5 persen perempuan). Penyakit yang banyak diderita pasien adalah: ISPA, Dermatitis, Cephalgia, Myalgia, Atralgia, dan Caries Dentis.

Tidak seperti sebelumnya, lokasi pada hari ketiga (5 Januari 2008) cukup jauh, ditempuh sekitar 45 menit perjalanan darat. Lokasi masing-masing desa sebenarnya masih dalam satu jurusan, namun dipisahkan oleh sungai-sungai kecil yang tersebar di wilayah Kabupaten Bone Bolango. Di empat lokasi pada hari ketiga, Posko Jenggala dapat melayani sebanyak 1.004 orang pasien.

Di Desa Buata sebanyak 327 orang pasien (37,9 persen laki-laki dan 62,1 persen perempuan), Desa Mongilo sebanyak 135 orang pasien (28,15 persen laki-laki dan 71,85 persen perempuan), Desa Longalo sebanyak 284 orang pasien (36,3 persen laki-laki dan 63,7 persen perempuan), dan Desa Pangulo sebanyak 258 orang pasien (33,7 orang laki-laki dan 66,3 persen perempuan).

Pada hari keenam, jatuh pada Minggu, 6 Januari 2008– hari di mana menurut kebiasaan di Gorontalo semua aktivitas baik yang formal (seperti perkantoran) dan non formal (seperti kegiatan yang dilakukan Posko Jenggala) ikut libur. Walau demikian tidak menyurutkan keinginan Posko Jenggala untuk terus berkegiatan. Setelah melakukan koordinasi pada sehari sebelumnya, maka aktivitas pada Minggu dilakukan di wilayah Kota Gorontalo (meskipun di jadwal kegiatan tidak ada).

Kemudian, dengan bantuan relawan lokal disiapkanlah tiga lokasi untuk pengobatan gratis, yaitu di Kelurahan Kampungtenda yang dekat dengan pelabuhan Gorontalo, Kecamatan Molosipat W, dan Kelurahan Padengo (yang masuk wilayah Kabupaten Bone Bolango). Di Kampungtenda, Posko Jenggala dapat melayani 326 orang pasien (45,4 persen laki-laki dan 54,6 persen perempuan), Kelurahan Padengo sebanyak 434 orang pasien (33,64 persen laki-laki dan 66,36 persen perempuan), dan Molosipat W sebanyak 336 orang pasien (68,2 persen laki-laki dan 31,8 persen perempuan). Total jumlah pasien yang dapat dilayani sebanyak 1.096 orang.

7 Januari 2008, merupakan hari terakhir kegiatan Posko Jenggala di wilayah Bone Bolango. Dan, sebagai penutup di wilayah ini maka Posko Jenggala berusaha menjangkau lokasi yang cukup jauh. Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar 3 jam. Lokasi berada di sepanjang garis pantai provinsi Gorontalo. Tim Posko Jenggala menempuh perjalanan di tengah keindahan alam Gorontalo yang berbukit dengan pepohonan yang lebat. Jauh dan lamanya perjalanan terobati dengan antusiasme masyarakat yang telah menunggu kedatangan Tim Posko Jenggala. Walhasil pada hari itu, Posko Jenggala dapat melayani jumlah total pasien sebanyak 1.299 orang.

Perinciannya, di Desa Molutabu sebanyak 295 orang pasien (41,5 persen laki-laki dan 58,5 persen perempuan), Desa Bilungala sebanyak 434 orang pasien (52,5 persen laki-laki dan 47,5 persen perempuan), Desa Tombulilato sebanyak 336 orang pasien (68,2 persen laki-laki dan 31,8 persen perempuan), serta Desa Taludaa sebanyak 234 prang pasien (33,34 persen laki-laki dan 66,67 persen perempuan).

Kemudian, pada 8 Januari 2008, seluruh lokasi kegiatan pengobatan gratis dilakukan di Kabupaten Gorontalo yang relatif berjarak dekat (sekitar rata-rata 30 menit perjalanan). Di empat lokasi pada hari ini, Posko Jenggala berhasil melayani sebanyak 1.276 orang pasien. Secara detail, di Desa Hotidea sebanyak 283 orang pasien (41,7 persen laki-laki dan 58,3 persen perempuan), Desa Utadaa sebanyak 355 orang pasien (53,5 persen laki-laki dan 46,5 persen perempuan), Desa Tualango sebanyak 286 orang pasien (51,8 persen laki-laki dan 48,2 persen perempuan), dan Desa Tabumela sebanyak 352 orang pasien (40,6 persen laki-laki dan 59,4 persen perempuan).

Hari terakhir kegiatan kemanusiaan Posko Jenggala pada 9 Januari 2008 dilakukan di empat titik lokasi dengan persediaan obat-obatan yang sudah akan habis. Walau demikian, Tim Posko Jenggala tetap berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Kegiatan pengobatan yang dilakukan hingga setengah hari ini dapat melayani sebanyak 912 orang pasien secara optimal.

Di Desa Limba B dapat dilayani sebamyak 247 orang pasien (41,7 persen laki-laki dan 58,3 persen perempuan), Desa Hutabohu sip sebanyak 217 orang pasien (34,1 persen laki-laki dan 65,9 persen perempuan), Desa Bongomeme sebanyak 260 orang pasien (58,1 persen laki-laki dan 41,9 persen perempuan), dan Desa Biaou sebanyak 188 orang pasien (34,6 persen laki-laki dan 65,4 persen perempuan).

Setelah itu, pada keesokan harinya, 10 Januari 2008, pukul 06.30 WITA, Tim Posko Jenggala beranjak dari kediaman keluarga besar Panigoro di bilangan Molosipat W, menuju bandar udara untuk kembali ke Jakarta.

Selain pengobatan gratis, Posko Jenggala juga memberikan bantuan dana untuk pembangunan (renovasi) empat tempat peribadatan untuk umat Islam, Kristen Protestan, dan Katolik di Kota Gorontalo. Juga, pemberian makanan tambahan bubur bayi dan susu untuk balita melalui resep dokter yang bertugas selama pengobatan sejak hari pertama hingga terakhir.

Sejumput kepedulian Posko Jenggala bersama Medco Foundation ini diharapkan dapat memberikan rasa simpati bagi korban Banjir Gorontalo yang menyentak Tanah Air pada akhir 2007.

Tak dinyana, selama dua hari kegiatan, bukan hanya para relawan saja yang memberikan kepada penduduk, ternyata penduduk juga banyak memberikan pada para relawan. Setidaknya pengalaman yang sangat berharga dalam hidup. Seperti apa yang tertulis di spanduk kesan dan pesan para relawan-mahasiswa:

“Terima kasih kepada para warga Cibeuteung Udik. Keramahan yang diberikan telah menjadi pengalaman buat kami. Dua hari bukan waktu yang lama, tetapi waktu yang cukup untuk kami mengenal sedikit dari desa ini. Semoga pertemuan ini bukan menjadi yang terakhir, tetapi merupakan awal dari pertemuan kita. All for Community, Community for All.”


Waktu Kegiatan


06-Januari-2008 S/D 06-Januari-2006

Lokasi Kegiatan


Berita Terbaru


Selengkapnya

Kontak

GERAKAN KEMANUSIAAN POSKO JENGGALA

Jl. Gunung Indah II No. 50, Cirendeu, Ciputat, Tanggerang Selatan

(021) 7445734

(021) 7445734

info[at]posko-jenggala.org

www.posko-jenggala.org